Take a look at one of our prospective participants' video on LCF Climate Change Hero Youth Camp. Tonton salah satu video dari calon peserta LCF Climate Change Hero berikut.
Take a look at one of our prospective participants' video on LCF Climate Change Hero Youth Camp. Tonton salah satu video dari calon peserta LCF Climate Change Hero berikut.
Indonesia adalah negeriku, negerimu, negeri kita. Negeri yang lahir dengan perjuangan yang panjang, dengan pertumbahan darah dari para pahlawan. Dahulu sebelum merdeka indonesia sempat terpuruk, ketika bangsa – bangsa asing menjajah Indonesia. Lebih dari 300 tahun lamanya, Indonesia dikuasai oleh negara lain, dijajah, diperbudak, dan diambil kekayaan alamnya tanpa peri kemanusiaan.
Kemerdekaan bukanlah akhir dari perjuangan bangsa. Kemerdekaan merupakan gerbang kebebasan bagi bangsa Indonesia, titik awal membangun kehidupan yang merdeka, adil dan makmur. Oleh karena itu kemerdekaan harus dipertahankan dan diisi dengan hal – hal positif guna terus memajukan negara dan mewujudkan cita - cita bangsa Indonesia.
Sebagai mahasiswa, saya mencoba mengoptimalkan hal – hal yang bisa saya lakukan bagi bangsa indonesia. Belajar dengan tekun dan sungguh – sungguh merupakan contoh nyata yang saya lakukan, supaya menjadi pemuda indonesia yang cerdas sehingga bisa memajukan bangsa ini. Mengikuti pemilihan umum yang merupakan bagian dari demokrasi negara juga tak pernah saya lewatkan. Memang suara yang saya berikan hanya satu, tapi saya yakin satu suara pun bisa menentukan arah pergerakan bangsa indonesia kedepannya.
Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Dimana sistem pemerintahannya berjalan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, sudah jelas dalam hal ini negara berpusat pada rakyat. Pemuda indonesia adalah bagian dari rakyat, apapun yang dilakukan tentunya berdampak bagi negara ini. Menjadi bagian dari pemuda indonesia saya tentunya mencoba melakukan yang tebaik pada setiap hal yang saya lakukan. Negara indonesia juga negara yang mendukung kebebasan pers dan kebebasan berpendapat. Hobi saya adalah menulis, oleh karena itu ketika ada lomba atau ada kesempatan untuk menulis yang berkaitan dengan keadaan indonesia saat ini serta potensinya saya mencoba mengikuti kegiatan tersebut dengan menulis ide – ide serta gagasan yang saya miliki. Saya harap tulisan saya bisa dibaca orang lain dan menginspirasi mereka, setidaknya hal itulah yang saya harapkan.
Sebagai pemuda sekaligus mahasiswa saya tidak ingin melewatkan waktu – waktu berharga ini. Waktu dimana menjadi mahasiswa yang kritis dan berani berpendapat serta memperdalam ilmu. Oleh karena itu saya melibatkan diri dalam forum – forum ataupun organisasi yang tentunya organisasi tersebut sesuai dengan cita – cita bangsa ini. Dalam forum dan organisasi saya bertukar pikiran dengan rekan – rekan pemuda lainnya, saling berdiskusi tentang masalah – masalah yang ada di negeri ini. Karena forum dan organisasi kebanyakan berisi pemuda – pemuda yang kritis, info tentang masalah baru begitu cepat masuk ke forum dan cepat pula di diskusikan untuk dicari solusinya.
Sebagai rakyat yang berpendidikan tinggi, mahasiswa tidak boleh asal bertindak dalam menyikapi suatu masalah. Mahasiswa haruslah mengkaji dulu masalah tersebut dan dampak – dampaknya baru bisa memutuskan hal apa yang akan diperbuat. Sehingga terciptalah solusi yang sesuai dan tentunya mempunyai dampak yang baik untuk rakyat.
Saya sadar hal yang saya berikan bagi indonesia belum bisa memberikan dampak kemajuan indonesia yang besar, bahkan belum seberapa. Namun saya yakin selama saya bersungguh – sungguh dan terus mengoptimalkan apa yang bisa saya lakukan, bangsa indonesia pada akhirnya akan menjadi bangsa yang besar, bangsa yang maju apalagi jika rakyatnya saling bahu membahu dan saling bekerja sama. Oleh karena itu, kita para pemuda indonesia harus bersatu, beramai – ramai memajukan bangsa ini supaya bisa mewujudkan cita – cita negara ini.
Dalam tujuan, saya sama dengan gereja yaitu melayani kemanusiaan, meskipun berbeda keyakinan.
-KH Abdurrahman Wahid
Marak terjadinya penganiayaan terhadap orang yang berbeda keyakinan membuat kaum minoritas menjadi was-was. Beberapa bulan yang lalu terjadi penghancuran gereja serta penganiayaan terhadap jamaah gereja di Sleman, Yogyakarta. Pun beberapa hari yang lalu terjadi hal serupa di jalan Kaliurang, dan itu juga terjadi di Yogyakarta. Selain masalah perbedaan keyakinan yang membuat konflik, ada juga masalah lain seperti rasial dan konflik antar suku juga masih marak terjadi. Dibalik itu semua (keyakinan, suku, ras), kita lupa akan satu hal yang mendasar, bahwa kita itu sama-sama manusia. Tidakkah berpikir bahwa sesama manusia harus saling membantu agar kebutuhannya terpenuhi? Bukan malah mengatakan “ini kami, itu kalian” tetapi mari mulai berkata “kita”. Mungkin memang terdapat perbedaan-perbedaan antar manusia yang satu dengan yang lain, namun harusnya kita melandasi itu semua dengan rasa humanis yang tinggi. Humanis yang tinggi akan menghasilkan sebuah gagasan bahwa kita ini plural, sehingga pada puncaknya kita akan mencapai suatu kata, yakni toleransi.
Banyaknya suku di bangsa yang besar ini menandakan rawan juga terjadi konflik. Tidak hanya masalah suku namun juga perbedaan cara pandang antara sesama pemeluk agama (Islam) juga turut menimbulkan konflik. Yang paling jelas ialah konflik antara Sunni dan Syiah. Indonesia sebagai penduduk yang mayoritas muslim Sunni seperti sedang mengekang kaum Syiah, walaupun hanya beberapa oknum yang melakukannya. Sebagai contoh baliho-baliho dipinggir jalan yang mengatakan “Syiah bukan Islam”, hal sepert itu akan membentuk paradigma anak-anak yang membacanya akan menimbulkan rasa takut sebelum mengenal atau belajar tentang Syiah itu sendiri. Itu akan mematikan daya kritis anak, sehingga akan berakibat terhadap psikis anak ke depan.
Buya Safii Maarif mengatakan inti dari nilai toleransi ialah tidak memaksakan hukum keagamaan di dunia ini kepada orang yang tidak beriman, beriman itu baik, tetapi tidak boleh memaksakan terhadap orang ateis. Begitupun kita sebagai manusia, kita hidup berdampingan dengan siapapun namun kita harus melihat koridor yang kita kenakan itu pas atau tidak. Tentu semua agama itu bertujuan baik, baik untuk pengikutnya, pun baik untuk agama lain. Tidak ada agama yang mengatakan agama lain itu lebih rendah, itu hanya oknum tertentu yang melakukannya, dan tentu saja demi kepentingan tertentu. Walaupun tetap terjadi perbedaan antara agama-agama yang ada di dunia namun itulah fungsi dari pluralisme itu sendiri. Pluralisme hanya digunakan ketika terjadi konflik perbedaan, jika tidak terjadi konflik maka pluralisme kurang berperan, karena pluralisme itu sendiri digunakan sebagai sebuah alat pendamai atau alat mediasi bagi yang berkonflik. Oleh karena itu alangkah baiknya kita tanamkan rasa pluralisme kepada anak bangsa sejak dini.
Seperti yang sudah saya katakan di depan bahwa memunculkan rasa humanis terlebih dahulu setelah itu anak bangsa diperkaya dengan pluralisme maka tidak mungkin anak itu akan menjadi fundamental terhadap salah satu sekte atau aliran. Memunculkan ketiga hal tersebut merupakan hal yang harus dilaksanakan orang dewasa untuk mendidik anaknya sedari kecil. Seperti contoh yang pernah saya baca, disuatu sekolah di Amerika Serikat melakukan suatu pembelajaran. Anak-anak dikumpulkan di suatu ruangan dan di dalam ruangan tersebut terdapat sebuah kaca besar (ruangan tersebut mirip ruang latian ballet), setelah itu para murid di hadapkan pada kaca tersebut. Sang guru berkata, “lihat anak-anak, kita itu sama, punya hidung, tangan dan kaki, warna kulit itu hanya luarnya, sejatinya kita sama, sama-sama manusia yang diciptakan oleh Tuhan”. Konflik SARA (suku, ras dan agama) timbul karena sedari kecil anak sudah “dimasuki” paham-paham yang mengatakan “ini kita, bukan kalian”. Maka dari itu jika setiap orangtua maupun guru seperti guru di Amerika Serikat, bukan tidak mungkin, kehidupan manusia terbebas dari konflik SARA (suku, ras dan agama).
Profil penulis:
Perkenalkan saya Ferianta (20 tahun)
Mahasiswa semester 5 di Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Mengambil tema : Toleransi dan Kemajemukan Bangsa Indonesia
Take a look at one of our prospective participant's video which is now undergoing the 2nd stage of selection process for the LCF Youth Climate Change Hero: Youth Camp on Climate Change.
Berikut merupakan salah satu video calon peserta LCF Youth Climate Change Hero: Youth Camp on Climate Change yang kini tengah mengikuti seleksi tahap kedua. Tonton dan like ya, vote mu akan membantu kami menentukan hasil akrhi dari seleksi tahap kedua ini.
Do like the video, your like will help us determine the final result!
Tema: Teknologi, pemuda, dan kemajuan bangsa Indonesia
Facebook, BBM, twitter, path, instagram, line, wechat,Siapa sih yang belum mengenal sosial media yang sedangmenjadi trend di zaman globalisasi saat ini ?. Hampir 99% orang di dunia telah mengenal sosmed yang menjadi media komunikasi dan informasi yang instan dan cepat. Sosmed (sosial media) kini telah menjadi kebutuhan dunia seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju. Indonesia adalah salah satu dari banyaknya negara yang mengalami perkembangan teknologi yang melesat tajam, khususnya dikalangan para pemuda.
Realita saat ini memperlihatkan kecendrungan kaum muda acuh tak acuh dalam memajukan bangsa ini kearah yang lebih baik. Kecanggihan teknologijustru membuat kaum muda bersifat“Apatis” dan memilih untuk sekedar menyenangkan hasrat pribadi.Kecanggihan teknologi sepertinnya hanya di jadikan sebagai ajang pamer, seperti pamer akan gadget baru yang sedang “ booming” di dunia modern ini. Hal seperti itukah yang patut kita banggakan dalam memajukan bangsa ini ? Jelas saja tidak, karena bangsa ini tidak butuh pemuda yang hanya bangga dengan trend saat ini tapi justru lupa diri dengan tugasnnya sebagai anak bangsa. kecanggihan teknologi haruslah kita mamfaatkan secara efisien dengan menciptakan karya-karya baru yang membanggakan. Seharusnnya dengan adanya teknologi yang semakin canggih, para pemuda dapat lebih banyak dan lebih luas mengetahuiinformasi dan permasalahan yang ada di Indonesia maupun di dunia.
Pemuda adalah penerus bangsa ini selanjutnya. Para pemuda harus dapat mengambil peran penting dalam memajukan iptek kedepannya. Di era sekarang tidak cukup dengan hanya memiliki keinginan semata, namun harus diimbangi dengan usaha yang keras untuk bisa melambungkan nama Indonesia di kancah Internasional. Indonesia memerlukan inovasi-inovasi untuk bisa berdiri sejajar diantara banyaknya negara yang sudah lebih dulu maju. Hal itulah yang menjadi tanggung jawab generasi muda selanjutnnya untuk bangsa ini. Memajukan bangsa ini merupakan tugas yang harus dipikul oleh para pemuda. Awalnya memang tugas yang sangat berat jika dilihat dari satu sisi, namun dengan tekad dan kesungguhan yang tinggi, beban yang kita pikul akan terasa begitu ringan. Nasib bangsa Indonesia harus kita tentukan mulai saat ini. Kemajuan bangsa Indonesia berada dipundak para pemuda, baik pelajar, mahasiswa, maupun orang yang telah menyelesaikan pendidikan.Kontribusi kaum pemuda dalam memajukan bangsa Indonesia tidak harus dengan fisik ataupun tenaga, namun cukup dengan menjadi pemuda yang berprestasi dan berbudi pekerti luhur itu adalah suatu kebanggaan tersendiri untuk bangsa ini.
“ Give me my ten youth it will shake the world, if there are nine young again then Indonesia must change”, yang artinya beri aku sepuluh pemuda maka akan ku guncangkan dunia, jika ada sembilan pemuda lagi maka Indonesia akan berubah “. Hal itu merupakan founding father presiden pertama Indonesia yaitu bung karno. Perkataan yang begitu sangat memotivasi bagi para pemuda sampai saat ini, bahwa peran pemuda sangat penting dalam kemajuan bangsa dan negara. Kaum muda adalah masa depan bangsa ini. Persaingan di kancah dunia saat ini sangatlah tidak mudah, banyak sekali hambatan yang harus nantinnya kita pikul bersama-sama untuk membangun negeri tercinta kita yaitu Indonesia kearah yang lebih baik. Salah satu cara untuk dapat bersaing dengan negara-negara lain adalah dengan menguasai teknologi-teknologi yang mutakhir, agar bangsa Indonesia tidak tertinggal lagi dengan teknologi yang berasal dari luar negeri.
Memanfaatkan teknologi dengan baik dan efisien adah kunci utama untuk meraih cita-cita bangsa.Kita sebagai kaum muda harus pandai memilah dan memilih dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari perkembangan teknologi yang semakin berkembang pesat. Kita sebagai kaum muda jangan mudahterjerumus kedalam dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan teknologi yang kurang tepat. Bagaimana nasib negara kita kedepannya jika generasinnya telah rusak ?.Kini kita harus menentukan, menciptakan teknologi untuk membangun atau merusak? That simple question, but it needs to answer is not simple.
Biodata penulis:
Nama lengkap Ni Wayan Wiwik Saptiani, biasa dipanggil wiwik. Umursaya 17 tahun. Saya lahir pada tanggal 06 agustus 1997. Saya berasal dari lingkungan Besang Kangin, kecamatan klungkung. Saya mengikuti ajang lomba ini dengan maksud ingin ikut berpartisipasi dan memeriahkan ulang tahun LCF yang ke-2 dan sembari menyalurkan hobi menulis saya. Saya berharap dengan tulisan yang saya buat ini bisa sangat bermamfaat untuk semuannya. Untuk menghubungi saya, bisa melalu via berikut: