Enter your keyword

Bridging Differences

Saturday, May 23, 2015

LCF Youth Climate Change Hero - Youth Camp on Climate Change

By On 12:06 AM
This project aims to raise awareness about climate change, promote civic engagement for students, and increase the capacity for future leaders to solve environmental issues in their community. These camps will enable the next generation to create solutions to curb carbon emission and mitigate the negative impacts of climate change. Our integrated learning through action approach will empower high school and university students to become agents of change in their local communities.



The camp will host 4 interactive climate change youth camps for 100 campers. Our camps in West Kalimantan and Bali will last 3 days and focus on building conservation, adaptation and leadership skills as campers develop solutions to daily environmental problems. Lessons will include collaborative lectures, case studies, documentaries, skills-building workshops, and informal discussions. As a final project, campers will divide into small groups and formulate an Action Plan and Voluntary Commitment to tackle an issue in their community.

We are hoping to see an increased in awareness and leadership skills among the 100 students from 10 Indonesian provinces who participate in our camps. Students will be required to design a mitigation project in their local communities. As a direct result, at least 8 projects will be locally implemented, creating local change while raising awareness about adaptability and mitigation. As campers share camp lessons and implement projects, family, friends, and community members will increase their climate change awareness and better understand the link between their actions and the environment’s wellbeing.

Finally, these camps will hopefully empower the next generation of leaders, social-entrepreneurs, and change-makers by building their capacity to design, implement, and evaluate projects. The camps will also establish a community of like-minded youth who can continue to work together and discuss climate change challenges through social media and in-person well after the camps conclude.



Wednesday, May 13, 2015

Masa Depan Bali Tanggung Jawab Semua (LCF National Writing Competition)

By On 3:52 AM

 Tema : Alih Fungsi Lahan dan Masa Depan Bali


Land For Sale, Dijual Tanah, Segera Dibangun, dan tulisan-tulisan semacam itu sudah tak asing bagi kita, khususnya masyarakat Bali. Dewasa ini, setiap lahan kosong sudah tak luput dari tulisan yang tujuannya untuk menawarkan lahan mereka pada orang-orang yang berminat untuk membeli tanah. Harga tanah yang selangit untuk setiap arenya membuat pemilik lahan tergiur untuk menjual tanah mereka, terutama bagi mereka yang memiliki kondisi keuangan mendesak.
Sedikit demi sedikit sesungguhnya lahan di Bali sudah berpindah tangan akibat keberingasan masyarakatnya yang menjual lahan mereka kepada siapa pun. Tak peduli akan dijadikan apa lahan tersebut ke depannya, yang terpenting adalah hasil yang didapat dari penjualan lahan tersebut. Hal seperti inilah yang kini tengah mengancam Bali.
Sangat sulit bagi orang Bali untuk menemukan lahan persawahan di perkotaan, seperti Denpasar maupun Badung. Mengapa hal itu bisa terjadi? Alasannya sederhana, karena setiap sudut kota sudah dijejali oleh berbagai bangunan permanen, hotel, pertokoan, dan bangunan-bangunan sejenisnya. Tidak hanya di perkotaan, keadaan seperti itu beberapa tahun terakhir telah merembes ke pelosok-pelosok desa yang lahannya masih hijau. Lihat saja daerah Tegenungan di Sukawati salah satunya. Empat tahun lalu, di sekitar daerah Tegenungan hanya ada beberapa bangunan perumahan. Jalanan di sekitarnya juga masih rindang dan sejuk. Namun, jika dilihat setahun belakangan ini, pembangunan villa dan jalan sudah tak terkendali. Sayangnya, pembangunan tersebut tidak hanya dilakukan di daerah persawahan. Daerah yang dulunya hutan juga menjadi sasaran dari pembangunan yang tak ada hentinya. Tulisan-tulisan yang menawarkan lahan juga semakin banyak bertebaran di daerah Tegenungan. Sangat miris memang melihat dalam kurun waktu lima tahun, sudah terjadi perubahan yang signifikan untuk daerah pedesaan seperti Tegenungan.
Tidak hanya Tegenungan, daerah-daerah lain di Bali sebagian besar juga mengalami kondisi yang sama. Lahan-lahan yang sebelumnya menjadi lahan persawahan, kini telah dihiasi dengan berbagai bangunan modern berupa villa, hotel, dan sejenisnya. Anehnya, warga mancanegara mendominasi kepemilikan bangunan dan lahan-lahan seperti yang telah disebutkan. Sementara orang-orang Bali hanya menjadi pelayan atau bahkan hanya menjadi penonton yang tak bisa berkutik. Jika hal ini dibiarkan, bukan hal yang mustahil jika beberapa tahun ke depan orang Bali menjadi tamu atau lebih buruk menjadi pembantu di tanahnya sendiri. Sebagai masyarakat asli Bali dan generasi penerus, sudah tidak sepantasnya kita menutup mata dan telinga mengahadapi alih fungsi lahan yang kian mengganas. Sebab peralihan fungsi lahan tidak hanya memengaruhi aspek lingkungan saja. Tradisi nyubak di Bali bisa hilang karena peralihan fungsi lahan ini. Petani bisa kehilangan pekerjaan karena sudah tak adanya lahan. Serta anak-anak yang menjadi penerus kehidupan di Bali hanya akan dapat mendengar cerita saja di kemudian hari jika hal seperti di atas masih dibiarkan. Dan masih ada kemungkinan-kemungkinan terburuk yang harus dihadapi masyarakat Bali akibat alih fungsi lahan ini.
Melihat keadaan yang sudah mulai kritis ini, kesadaran akan masa depan Bali sudah harus ditanamkan sejak dini. Orang Bali yang sejak dulu sudah di ninabobokan dengan keindahan alamnya, kebudayaannya, keunikannya, dan hal-hal sejenis itu sudah harus bangun dari tidur mereka. Kalaupun ada yang sudah bangun, pada umumnya mereka sudah langsung ingin merubah dunia. Mereka berpikir keras untuk membuat dunia menjadi lebih baik, namun tidak memikirkan tempat tinggal mereka terlebih dahulu. Sikap seperti itu memang bagus, namun akan lebih baik jika dimulai dari sekitar terlebih dahulu, sebab dari hal kecil itu secara perlahan akan merambah ke yang lebih luas.
Pada kasus ini, tidak hanya masyarakat dan pemilik tanah yang menjadi penanggung jawab. Pemberian izin terhadap pembangungan yang terus menerus juga harus diperketat. Semua golongan sudah harus bekerja sama untuk menghadapi masalah ini. Solusi yang diambil juga harus tepat. Dengan demikian, kerjasama masyarakat dan solusi yang diambil secara perlahan harus dapat mengambalikan wajah Bali dan masa depan Bali yang sesungguhnya. Semua memang butuh proses yang panjang dan tidak instan, tapi jika sudah ada usaha yang benar-benar serius, niscaya hasil  yang akan diperoleh tidak akan mengecewakan. Hanya saja sekarang kembali pada masyarakat sendiri. Hanya ingin menjadi penonton hancurnya masa depan Bali? Atau menjadi bagian untuk membuat Bali kembali dan lebih baik seperti dulu?


Biodata Penulis
:
Nama lengkap saya Ni Wayan Anik Wikantari dan kerap disapa Anik oleh teman-teman. Sekarang saya tinggal di Br. Batusepih, Kemenuh, Sukawati. Saya lahir 17 tahun silam, tepatnya 5 Maret 1998. Alsan saya ikut dalam event yg diselenggarakan LCF karena ingin berpartisipasi dalam ulang tahun LCF, tema yang disajikan sangat menarik, ingin mencari pengalaman juga serta lewat tulisan saya ingin melakukan sedikit perubahan. Untuk menghubungi saya, bisa via fb Anik Wikantari, twitter @AniikW email: Anikwikantari@yahoo.com atau ponsel 089696358182.




Yuk, Kita Menabung Air (LCF National Writing Competition)

By On 2:26 AM


Tema: Aksiku untuk perubahan iklim dunia.

Sebuah planet dinyatakan layak menjadi tempat tinggal bagi makhluk hidup bilamana didapati adanya air atau H20. Oleh karena itu air dapat dianggap sebagai sumber suatu kehidupan, sumber yang sangat penting untuk keberlangsungan kehidupan. Bumi ini berbeda dengan dengan planet-planet di tata surya ini hampir dua pertiga bumi terdiri dari laut sedangkan sisanya adalah dataran. Sehingga bumi sangat cocok sebagai tempat tinggal bagi makhluk hidup.
Bukan hanya sekedar air, namun air yang dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup seperti manusia merupakan salah satu yang prioritas. Telah kita ketahui bahwa sekitar 75% dari tubuh manusia terdiri dari air, dan dibutuhkan regulasi air untuk mengganti air dalam tubuh. Untuk itu manusia perlu akan suplai air bersih minimal untuk kebutuhan basal tubuh. Tidak hanya manusia bahkan hewan dan tumbuhanpun memerlukan ketersediaan air bersih untuk melaksanakan kebutuhan basalnya. Kriteria air bersih merupakan air yang aman dan sehat untuk dikonsumsi, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, tidak mengandung racun, dan Ph netral. Sehingga, walaupun bumi memiliki banyak air laut, namun perlu untuk mengolah air tersebut agar memenuhi kriteria akan air bersih.
Kita bisa mendapatkan sumber air bersih dari sungai, air hujan, dan air tanah. Namun bila kita menilik keadaan sumber-sumber air tersebut tidak lagi dapat diandalkan sebagai sumber air bersih. Banyak sungai yang sudah tercemar oleh limbah rumah tangga maupun pabrik, air hujan yang tidak terserap dengan baik hingga menyebabkan banjir, dan air tanah yang semakin sedikit. Memang mengendalikan pencemaran air sangat sulit, sebab air merupakan substansi yang mengalir dan merembes dengan cepat mengakibatkan kerusakan hebat pada sektor lain, terutama kesehatan.
Ketersediaan air bersih yang kian menipis bersamaan dengan jumlah populasi manusia yang semakin meningkat memberikan kondisi yang berbanding terbalik. Kita perlu menabung air agar generasi selanjutnya tetap dapat mendapatakan suplai air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Pertumbuhan penduduk dan meningkatnya pembangunan membuat jumlah lahan terbuka semakin sedikit, sehingga daerah resapan juga semakin sedikit. Menurunnya areal resapan mengakibatkan terbuangnya air hujan secara sia-sia masuk kedalam selokan, terlebih malah dapat menyebabkan banjir. Permasalahan banjir ini merupakan hal umum yang terjadi di daerah perkotaan, dimana sebagian besar tanah sudah ditutup oleh semen.
Untuk mengembalikan ketersediaan air tanah seharusnya kita memanfaatkan air hujan agar tidak terbuang sia-sia dengan cara menabung air. Karena lahan kota yang terbatas maka perlu adanya effesiensi dalam menabung air, dengan ukuran yang sekecil-kecilnya dapat menabung air sebanyak-banyaknya. Dalam menabung air kita dapat mengaplikasikan pembuatan lubang kecil yang diisi oleh lapisan organik di halam rumah kita.
Dengan membuat lubang galian berukuran 30cmx30cm sedalam kurang lebih 100 cm di halaman rumah kita (Gambar 1), kemudian lubang galian tersebut diisi dengan lapisan-lapisan organik. Lapisan pertama diisi dengan pecahan batu bata atau genteng, jenis batu dari tanah liat ini dapat dengan mudah menyerap dan menyimpan air. Lapisan kedua merupakan potongan ranting atau ijuk yang berfungsi sebagai penyaring dan penahan arus air. Lapisan ketiga merupakan sampah organik segar yang dapat berupa cacahan daun ataupun kulit buah, fungsi dari lapisan ini merupakan penahan arus air yang turun sebelum disaring. Kemudian pada lapisan ke empat diisi dengan sampah organik kering, seperti daun kering, jerami, atau kertas koran yang kemudian berfungsi sebagai sumber kompos bagi aktifitas faunah tanah, seperti cacing tanah, dan akar tanaman. Kemudian pada lapisan terakhir ditutup dengan tanah hingga lubang tertutup dengan sempurna, kita juga bisa menanam bibit tanaman sebagai penanda lubang galian resapan yang telah kita buat. Lubang galian ini tidak perlu dibuka karena seiring berjalannya dengan waktu materi organik tersebut akan bercampur dengan tanah dan menjadi humus. 




          Kelebihan lubang galian resapan tersebut dapat memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah sehingga menambah air tanah, sebagai kompos alami, mengurangi air hujan yang dibuang percuma ke laut, mengurangi resiko banjir di musim hujan, dan terlebih lagi dapat menyaring komponen negatif yang terkandung dalam air sehingga dapat menghasilkan air tanah yang bersih.
Lubang galian resapan ini mudah diaplikasikan dihalaman rumah kita dengan biaya yang sangat rendah, terlebih lagi kita tidak repot untuk mengurusnya karena hanya perlu dilakukan satu kali saja pada awal pembuatan selanjutnya tinggal kita biarkan. Maka kita dapat berkontribusi untuk ketersediaan air bersih bagi generasi selanjutnya.





Biodata
Nama               : Gavrila Amadea
Alamat             : Kupang Jaya V no 4 Surabaya
Tempat Lahir   : Magelang
Tanggal Lahir  : 14 November 1993
Instansi            : Universitas Airlangga
Tema               : Aksiku untuk Perubahan Iklim Dunia
Judul               :Yuk, Kita Menabung Air

Saturday, May 9, 2015

Persyaratan dan Tema LCF National Writing Competition

By On 4:13 AM
UPDATE: LCF National Writing Competition

Terima kasih kepada semua peserta LCF NWC 2015 yang sudah mengirimkan tulisannya. Sampai saat ini beberapa tulisan yang masuk sudah kami post di website kami, LittleCircleFoundation.org.
Namun demikian, ada juga beberapa tulisan yang harus kami kirim balik ke penulis untuk perbaikan. Oleh karenanya, dengan melihat antusiasme para calon penulis berbakat Indonesia dalam menuangkan idenya diatas kertas, LCF memperpanjang deadline untuk mengikuti LCF NWC 2015 sampai dengan tanggal 20 Agustus, 2015. Ayo, ikut! Bantu bangun Indonesia yang cemerlang dengan tulisanMU!

Lihat kriteria lengkapnya disini! http://www.littlecirclefoundation.org/2015/05/persyaratan-dan-tema-lcf-national.html

NOTE: Beberapa tulisan yang kami kirim balik kebanyakan tidak mencamtumkan (foot note) terhadap catutan yang merupakan tulisan karya penulis lain, mohon jangan lupa mencamtumkan sumber catutannya ya.
Kami tunggu!


Selamat ulang tahun yang ke-2, LCF!

Di hari yang penuh syukur ini, LCF akan merilis persyaratan dan tema LCF National Writing Competition, ayo ambil pena (atau keyboardmu) dan mulailah menulis!
Persyaratan dan Tema LCF National Writing Competition

Persyaratan:
a. Warga Negara Indonesia
b. Berusia 15-25 tahun
c. Menulis sebuah tulisan yang memiliki relevansi dengan LCF*.
d. Memilih salah satu dari tema tulisan sebagai berikut:
- Aku dan sumbangsihku bagi Indonesia
- Pendidikan untuk menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN
- Teknologi, Pemuda dan Kemajuan Bangsa Indonesia
- Toleransi dan kemajemukan Bangsa Indonesia
- Aksiku untuk Perubahan Iklim Dunia
Bagi yang berdomisili di Bali juga dapat memilih tema berikut:
- Pariwisata dan Keutuhan Budaya Bali
- Alih lahan dan Masa Depan Bali

e. Tulisan dapat ditulis menggunakan Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris
f. Tulisan juga dapat berisikan gagasan penulis yang nantinya dapat dilakukan LCF
g. Format penulisan: Times new roman (12), 1,5 space, 500-750 kata.
h. Like dan follow FB Page LCF di Facebook.com/LittleCircleFoundation dan Twitter LCF di https://twitter.com/littlecirclef
i. Menyetujui bahwa LCF memiliki hak untuk mempublikasikan setiap tulisan yang telah dikirim di situs LCF, sosial media ataupun media yang lain.
j. Tidak mengandung unsur SARA, dan apabila ditemukan, LCF berhak mengedit tulisan yang tidak memenuhi unsur tersebut.
k. Kirim tulisan kamu ke LittleCircleFoundation@gmail.com paling lambat 31 Juli 2015.
l. Untuk aturan yang belum diatur disini akan diatur kemudian.
m. Tulisan yang dikirim belum pernah di publikasikan sebelumnya di media apapun.
n. Apabila ada pelanggaran terhadap peraturan penulisan, maka award dan hadiah dapat dibatalkan.
o. Jika ada yang masih kurang jelas silakan email ke LittleCircleFoundation@gmail.com

Menangkan kesempatan menjadi LCF Writing Scholar dan dapatkan hadiah 1 Juta (untuk pemenang pertama), 500 rb (pemenang kedua), 250 rb (masing-masing untuk pemenang ketiga, dan favorit)

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang LCF silakan kungjungi LittleCircleFoundation.org dan link sosial media berikut:
FB Page: https://www.facebook.com/littlecirclefoundation
Youtube channel: https://www.youtube.com/channel/UC2YoV6BWYOKT1_iyPhVbcCQ
Twitter: https://twitter.com/LittleCircleF

Terima kasih, kami tunggu tulisannya ya!

Thursday, May 7, 2015

LCF National Writing Competition!

By On 3:26 AM
Dalam memperingati Hari Jadi LCF yang ke-2 pada tanggal 9 Mei 2015. LCF mengadakan National Writing Competition!

LCF Youth Climate Change Hero!

By On 3:21 AM
Kamu anak SMA atau S1 di Bali, NTB, NTT, Jawa Timur atau Jawa Tengah? Punya project untuk menyelamatkan Bumi dan lingkungan sekitar dari efek Global Warming dan Climate Change?
Ayo, daftarkan projectmu dengan cara mengirimkan proposal kegiatanmu ke LCF! Bagi proposal yang memenuhi kriteria akan memiliki kesempatan mengikuti Youth Camp: Climate Change on Action di Bali! Dapatkan juga kesempatan mendapatkan pendanaan untuk project penyelamatan Bumi Mu!



Ayo raih kesempatan untuk meningkatkan kemampuanmu dalam menyelamatkan bumi, dapatkan pendanaan projectmu sambil jalan-jalan ke Bali!
Persyaratan:
a. Memiliki 10 orang peserta (baik SMA ataupun mahasiswi/a)
b. Warga negara Indonesia
c. Memiliki tujuan untuk menyelamatkan bumi dari climate change
b. Ditulis dengan format yang setidaknya berisikan pendahuluan (latar belakang), isi dan penutup.
c. Ditulis dalam bahasa Indonesia ataupun Inggris
d. Memiliki kerangka anggaran dan pelaksanaan yang jelas
c. Berasal dari Provinsi Bali, NTB, NTT, Jawa Timur atau Jawa Tengah
Kalau masih ada pertanyaan, kirim saja ke LittleCircleFoundation@gmail.com ya! Kami tunggu proposalnya ya, deadlinenya 7 Juni 2015.
Untuk info dan update kegiatan, kunjungi dan like, Facebook.com/LittleCircleFoundation
Terima kasih.


Segera kirimkan ya, kalau ada pertanyaan, kirim saja langsung ke LittleCircleFou
ndation@gmail.com. Jangan lupa kunjungi FB Page kami di Facebook.com/LittleCircleFoundation

Empower yourself by empowering others! (Photo)

By On 3:19 AM
In this photo: Wulan, one of our volunteers teaching a group of students in our LCF Class.


Popular